Senin, 04 Juni 2018


Assyari Abdullah #DosenZamanNow






Mahasiswa Milenal? Apa itu?

Bener nggak kalo sebagian besar dari kita lahir di tahun 1987-2000an? APA?! Kamu lahir di tahun 1700 sebelum masehi?! Bagi kamu yang lahir di rentan tahun di atas, artinya kamu masuk di generasi Y hingga Z, atau disebut juga generasi millennial. Baru tau ya? Hina sekali, gue aja baru tau tadi.
Ehem, ngomong-ngomong soal generasi Y. Gue jadi mau beropini.
Jadi gini, mahasiswa itu cenderung ngikutin apa yang mereka dengar, bukan dari apa yang mereka liat.
Yes, mahasiswa itu bisa dikatakan sebagai salah satu fase di mana manusia sedang berada dalam: proses pencarian jati diri. Jadi biasanya ketika ada orang tua atau dosen (para generasi baby boomers) yang bilang apa, mereka cenderung ngikutin atau ngebuntutin, disuruh ngerjain PR —dikerjain, padahal belum tentu dikumpulin, disuruh bikin skripsi —dikerjain, padahal belum tentu berguna, eh.
Sampe sebuah fase pendewasaan, baru mereka bisa membedakan mana yang baik dan nggak, mana yang penting dan nggak.
“Beberapa orang baru sadar di kemudian hari, apa yang mereka perjuangkan ternyata nggak penting.”
Kita ini generasi milenial, yaitu generasi yang udah melek teknologi digital, di mana informasi bisa dengan mudah didapat lewat internet. Ironinya di kampus, kita diajarin sama dosen yang bahkan nggak ngerti gimana cara make email.
Dewasa ini, generasi millenial menjadi topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat, mulai dari segi pendidikan, teknologi maupun moral dan budaya. Tapi sebenarnya, siapakah generasi millenials itu dan apakah masyarakat benar-benar mengerti akan sebutan itu. Sungguh tidak, jika kita melihat ke dunia sosial media, generasi millennials sangat mendominasi jika dibandingkan dengan generasi X. Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi millenials belum banyak yang sadar akan kesempatan dan peluang di depan mereka. Generasi millennials cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik ataupun perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari generasi millenials hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis, yang penting bisa gaya. Mendidik mahasiswa di masa lalu berbeda dengan di masa sekarang. Perkembangan zaman dan teknologi menjadi salah satu penyebabnya. Saat ini, kalangan mahasiswa merupakan generasi millennial. Sedangkan para pendidik merupakan generasi X.
Kalau dosen zaman dulu dibilang zaman old, nah sekarang ada istilah baru buat dosen sekarang yaitu dosen zaman now...
#DosenZamanNow
Sesuai tridharma perguruan tinggi (PT), seorang dosen harus mampu melaksanakan pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, dan kegiatan penunjang lain. Oleh karena itu, dosen harus memiliki kompetensi berupa serangkaian pengetahuan untuk diajarkan, skill dan penguasaan metodologi riset dan publikasi, serta kemampuan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dimiliki sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Kompetensi dosen diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 (UU 14/2005) tentang Guru dan Dosen, di antaranya menyatakan bahwa dosen harus memiliki kualifikasi akademik ditandai dengan diraihnya sertifikat pendidik, serta memenuhi syarat sesuai ketentuan satuan pendidikan tinggi tempat penugasan. Dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimilikinya, dosen merupakan sosok cerdas yang sangat diandalkan mencapai berbagai tujuan pendidikan nasional.
Profil kompetensi dosen secara riil ditunjukkan dengan kemampuan mengajar, trampil meneliti, dan konsisten mengabdi pada masyarakat. Selain itu, dosen harus mampu mempublikasikan karyanya terutama dari pengajaran dan hasil penelitian. Dari pengajaran misalnya, dosen harus menerbitkan sebuah buku teks (text book) atau buku ajar.
Sementara permasalahan kehidupan selalu berubah dan mengalir secara dinamis. Secara fisik dan mental, banyak dosen yang ketinggalan jaman dan tidak adaptif dalam dialektika perubahan kehidupan masyarakat dan dunia. Berbagai keterbatasan kompetensi dan performa dosen tersebut membuat berbagai pihak kuatir karena para mahasiswa sebagai peserta didik di PT saat ini adalah generasi yang lahir dan tumbuh dalam era revolusi industri seri ke-empat.
Dalam era teknologi seperti saat ini, berbagai perubahan dapat dirasakan mulai dari bentuk dan pola layanan publik oleh pemerintah, proses bisnis yang dilakukan unit usaha, pergeseran budaya dalam masyarakat, serta perubahan gaya dan perilaku individu dalam kehidupan sosial. Semua pihak harus dapat beradaptasi dengan mengubah cara pandang dan tindakannya,  agar tak terpinggirkan dari pusaran arus dan mutu kehidupan dunia.
Para dosen harus memiliki profil kompetensi yang adaptif terhadap perubahan. Profil kompetensi dosen di era milenial menunjukkan tingkat kemampuan kreatifitas dan inovasi yang tinggi dalam proses belajar-mengajar, riset, dan aplikasi iptek bagi kepentingan masyarakat.
Profil kompetensi ditunjang penguasaan bahasa asing sebagai bekal pergaulan internasional,  serta akrab dengan teknologi terbaru sebagai instrumen yang memudahkan transformasi pemikiran akademik menjadi produk bermanfaat bagi semua pihak. Lebih daripada sekadar penguasaan ilmu pengetahuan, bahasa, dan teknologi yang bersifat hard-skill.
Teruntuk anda mahasiswa zaman old, pernahkan Anda membayangkan menemui dosen untuk bimbingan skripsi di sebuah café yang ramai dan riuh? Tidak hanya itu, bimbingan tersebut bahkan dilakukan secara kolektif atau berkelompok. Bukan hanya untuk satu mahasiswa saja. Karena bila untuk satu saja, saya pun bisa memakluminya.
Kuliah Yes Organisasi Yes!!!!!!!!!!!!!
Berbeda dengan bapak dosen yang satu ini, Pak Assyari abdullah yang dijuluki #DosenZamanNow. Pastinya semua mahasiswa jurusan ilmu komunikasi FDK UIN SUSKA RIAU tentunya tak asing lagi mendengar nama beliau. Assyari nama panggilan akab dosen muda satu ini dan dijuluki #DosenZamanNow, lahir di Tanjung Alai, 10 mei 1986. Saat ini beliau tinggal di Kota Pekanbaru, tepatnya di Jalan Katio, Komplek Katio Blok D. No 9, Marpoyan. Dimana dulunya beliau menamatkan pendidikan di mulai dari SD di Tanjung Alai, Mts. PP. Islamic Centre Al Hidayah Kampar sampai MA juga beliau disana. Dan setelah tamat beliau melanjutkan S1 di UIN SUSKA RIAU, Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Public Relations dan tamat dengan predikat cumlaude kemudian beliau melanjutkan S2 nya di UMJ dan juga mendapatkan predikat cumlaude. Beliau memiliki berbagai pengalaman, dimana beliau mulai aktif berorganisasi sejak masa perkuliahan, dan beliau juga memiliki berbagai macam prestasi dari sekolah hingga perkuliahan. Beliau juga pernah bekerja di beberapa instansi baik swasta maupun negeri, dan saat ini beliau menjadi dosen tetap Non PNS di UIN SUSKA RIAU. Berbagai macam karya tulis ilmiah yang telah beliau tulis.
Saya suka sekali melihat aksi dosen yang satu ini. Benar-benar sangat ‘merakyat’ dan membantu mahasiswanya. Sekarang memang tidak ada lagi tempat buat dosen yang sok jual mahal, sok ingin perlakukan berlebihan. Sekarang zaman milenial, bukan zaman penjajahan. Saya punya teman dekat yang kuliah di fakultas ekonomi pada salah satu kampus. Ia hampir tidak bisa melanjutkan kuliahnya gara-gara perilaku dosen pembimbingnya yang bersikap seperti raja Arab. Sulit ditemui, dan ketika sudah bertemu, justru tidak fokus pada bimbingan. Harus datang sampai puluhan kali. Itupun bukan ke kantornya, tetapi ke rumahnya. Alasannya, di kantor Ia sibuk dan tak sempat memberi bimbingan.
Padahal tidak harus seperti itu. Mahasiswa adalah remaja yang sedang tumbuh. Mereka harus dibina dan dididik dengan benar. Diberi contoh yang baik. Bila mereka sudah bersikap santun, sopan dan bijak dalam berkomunikasi, dalam bersikap, itu sudah memadai. Tak perlu harus selalu membungkuk, cium tangan dan tindakan lain yang sudah kedaluwarsa.
Salah satu mahasiswa, mengungkapkan, mata kuliah bersama dosen muda tersebut menjadi hal yang ia nantikan. "Dosen laki-laki muda, goodlooking,cara penyampaiannya lebih modern dan mudah dipahami. "Selain itu, pak assyari juga ramah dan ia juga memiliki toleransi yang unik, jika terlambat tetap mempersilakan masuk dengan catatan harus mengucapkan janji suci agar kedepannya mahasiswa tersebut tidak terlambat lagi.
Para dosen sebagai pribadi terpuji harus pula memiliki soft-skill dengan sikap selalu menjunjung tinggi etika dan tanggung jawab moral untuk mewujudkan kehidupan di masa depan yang lebih baik.



Jumat, 01 Juni 2018

SELF BRANDING








Who Am I ??????????????

Assalamualaikum...

Ini adalah biografi tentang diri aku,ya walaupun ga terlalu ada yang berarti bagi kalian para pembaca ,tetapi hidupku dan segala cerita yang ada di dalamnya sangat berarti bagiku . Awalnya nulis biografi ini karna ada tuntutan tugas dari dosen ku tercinta tapi kalo difikir-fikir nulis biografi tentang diri sendiri dan mencoba berbagi pengalaman itu menarik juga yah. Hehe

Anyway...
Basa basinya segitu aja kali yah, sekarang aku coba perkenalkan diriku dulu deh . Nama ku Rahayu Suhartiningsih, aku terlahir dari keluarga yang sederhana dan alhamdulillah sangat bahagia . Aku punya mamah yang pasti aku sayangin banget (kalian juga begitukan?!)”. Mamah itu orang yang sangat luar biasa ! Seperti anak-anak imut lainnya yang pasti berkata “Aku beruntung bisa jadi anak mamahku”. Mamah ku paling demen yang namanya masak, pokoknya semua masakan nya gak adqa tandingannya, ceilah hehe. dan alhamdulillah sampe nular ke aku. aku juga doyan banget masak, insyaallah bisa jadi modal lah buat istri orang. wkwkwkw
Aku juga punya Ayah yang hebat banget,aku mungkin ga bakalan bisa jadi anak yg baik seperti sekarang  kalo ga karna papah (geer so jadi anak baik) . Aku bersyukur dan bangga punya orang tua seperti mereka,karna merekalah aku bisa sampai seperti sekarang ini. Aku anak pertama dari empat bersaudara, dimana aku punya dua dik cewe dan satu cowo.
Aku lahir di tanggal 29 september 1997 . Aku lahir di rengat (anak rengat asli coyyy tapi blasteran jawa eheh) . Tapi orang tuaku dua-duanya asli rengat, ya sama blasteran jawa. Aku besar dilingkungan yang sederhana ,aku punya tetangga-tetangga yang saling perhatian satu dengan lainnya bukan yg ga kenal satu dengan yang lainnya.
Tahun 2003, saya mulai memasuki bangku sekolah dasar. Saat itu saya bersekolah di Madrasah, selama 6 tahun saya sekolah disana hingga saya lulus pada tahun ajaran 2008.
Setelah itu saya melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi di SMPN 1 Rengat, selama tiga tahun saya berangkat sekolah ketempat tersebut di antar  jemput sama ibu. Saat itu saya memang merasa lelah dan berat dalam mencari ilmu, namun saat itu pula saya sadar, betapa nikmatnya hidup yang diberikan Tuhan saya, yaitu Allah swt., kepada saya. Sebab saya tahu diluar sana masih banyak anak-anak yang bahkan merasakan bangku sekolah dasarpun tidak, apalagi melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi seperti saya.

I am in science...

Tahun ajaran 2012 saya lulus dari SMP tersebut dan melanjutkan sekolah lagi di SMAN 2 Rengat. Disinilah saya mulai membangun cita-cita, mimpi dan harapan saya kedepan.
Cita-cita berawal dari mimpi. Ketika saya duduk dibangku kelas X, saya mendapat sebuah pertanyaan yang sebenarnya sering saya dengar dan sering pula saya jawab, namun tak pernah memikirkannya lebih jauh lagi. Pertanyaannya sederhana, tetapi tetap saja membuat saya berpikir 1000 kali lagi untuk menjawabnya, pertanyaan itu adalah: cita-cita kamu mau jadi apa? …
Saya ingat, pertanyaan tadi sebenarnya sudah terlontar sejak saya masih kanak-kanak dan saat itu pula saya sudah bisa menjawabnya. Bedanya dengan sekarang, saya menjawab pertanyaan tersebut dengan sebuah keyakinan atas dasar pemikiran saya sendiri.
Dulu, saya menjawabnya asal. Hari ini saya jawab ingin menjadi dokter, besok saya jawab ingin menjadi guru, esoknya lagi saya menjawab menjadi penata busana, esoknya lagi saya jawab ingin menjadi arsitektur, begitulah seterusnya.
Setelah itu, sayapun lebih berhati-hati dalam menentukan cita-cita juga mencari jati diri saya. Alhamdulillah, sayapun kini menemukannya. Saya ingin menjadi penulis novel.
Mengapa? Hal tersebut sebenarnya berkaitan dengan kegemaran saya dalam membaca dan bacaan yang sangat saya minati adalah novel, berbagai jenis novel saya akan baca, namun yang lebih saya minati adalah novel yang bertemakan pengorbanan dan persahabatan. Bukan hanya itu. Saya juga gemar mengkhayal, barmain dalam ‘mimpi’ dan saya pikir, dari pada saya asyik sendiri bermain didunia fantasi, lebih baik saya berbagi keasyikkan itu dengan yang lainnya. Yaitu melalui cerita yang kelak saya tulis dalam bentuk novel. Amin.
Jelang kenaikkan kelas, sebelumnya saya harus menentukkan jurusan mana yang saya pilih. IPA atau IPS? Sayangnya disekolah saya belum ada jurusan Bahasa yang benar-benar saya minati. Akhirnya dengan keyakinan saya memilih dikelas IPA.
Awalnya saya merasa enjoy dengan jurusan ini. Setelah beberapa bulan saya jalani, ternyata…. berat. Fisika dengan sederet rumusnya, kimia dengan nama-nama anehnya, biologi dengan hafalannya. Lalu sayapun melihat garis keturunan saya. Sepertinya saya salah jurusan, itulah yang saya pikirkan saat itu. Karena ayah saya sewaktu SMA mengambil jurusan IPS, ibu saya lulusan juga IPS .
Jadi? Mengapa saya mengambil langkah nekad untuk tetap bertahan di IPA ini? Saat itu saya hanya mengikuti ‘arus’ saja. Namun saat ini saya tahu jawabannya. Itu karena jalanNya.

Pemikiran saya akan ‘salah jurusan’ langsung sirna. Saya yakin, apabila Allah swt. telah memilihkan jalan untuk saya, maka itulah jalan yang benar, saya juga menjadi yakin, bahwa saya bisa dijurusan IPA, karena saya ingat sebuah petuah. “Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang diluar kemampuan hambaNya untuk menyelesaikan cobaan tersebut.” Ya kan?! Selain dari itu sayapun percaya pada guru-guru saya yang merekomendasikan jurusan IPA, karena mereka menempatkan saya di IPA pastinya dengan sebuah alasan, dan mungkin (mudah-mudahan) itu karena mereka percaya bahwa saya bisa dijurusan ini. Amin.
Dan disekolah sayapun mengikuti beberapa ekstrakulikuler, salah satunya KIR (Karya Ilmiah Remaja). Disini saya dilatih untuk lebih percaya diri, lebih teliti dan pastinya lebih berani untuk mengemukakan pendapat. Dan disini pulalah saya menemukan motto hidup saya.
“Lebih baik mendatangkan keajaiban, daripada menunggu keajaiban datang.”
Maksudnya saya lebih suka mengejar suatu hal yang dapat mendatangkan keajaiban daripada menunggu suatu hal tersebut, karena hal itu tak akan datang dengan sendirinya apabila kita tidak berusaha untuk mendapatkannya. Dan dengan diimbangi do’a tentunya.

Harapankuuu...




Saat saya duduk dibangku kelas XII masih dengan jurusan IPA, yang dulunya akan menghadapi sederet peristiwa mengerikan namun juga tak kalah penting. Yaitu; Ujian Praktik, Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. Saya juga sangat ingin melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah, meskipun saya dari keluarga yang sederhana namun oangtua saya juga mendukung saya baik dari segi moril maupun materil. Dan kegalauan pun muncul saat saya ingin memilih jurusan di bangku perkuliahan, saya memang ingin masuk kedokteran, namun orangtua saya tidak mengizinkan dikarenakan biaya kuliah yang sangat mahal, dan orangtua sayapun menyarankan untuk memilih jurusan akutansi. Tapi saya tidak mau, karna dulunya saya tidak berada dijurusan IPS. Kemudian saya mengikuti SNMPTN dan memilih jurusan teknik lingkungan, ternyata kita boleh punya rencana tapi Allah yang menentukan. Alhasil SNMPTN saya tidak lulus, kemudian saya coba ikut juga PBUD, dan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, padahal juga tidak sesuai dengan jurusan saya sewaktu SMA.Lalu apabila saya sudah lulus, saya akan berusaha mencari pekerjaan dan membuat hidup keluarga saya mapan. Amin.

Mereka yang kusayangi..

Harapan saya tak akan terkabul tanpa restu dari orang-orang yang saya sayangi, yang utama adalah kedua orangtua saya, lalu saudara, guru dan sahabat-sahabat saya yang senantiasa berbagi cerita dengan saya. Dan yang utama dari yang utama adalah Allah swt. tanpaNya aku lemah, tanpaNya aku sesat, tanpaNya aku bukan siapa-siapa.
Terimakasih yang tak terhingga untuk Allah swt. dan kedua orangtua saya. Terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk orang-orang yang selalu mendukung saya. Terimakasih. Satu lagi kutipan favorite saya, datangnya dari otak jenius Albert Einstein.“Hal indah yang dapat kita alami adalah misteri. Misteri adalah sumber semua seni sejati dan semua ilmu pengetahuan”.