Assyari Abdullah
#DosenZamanNow
Mahasiswa Milenal? Apa itu?
Bener nggak kalo sebagian besar dari kita lahir
di tahun 1987-2000an? APA?! Kamu lahir di tahun 1700 sebelum masehi?! Bagi kamu
yang lahir di rentan tahun di atas, artinya kamu masuk di generasi Y hingga Z,
atau disebut juga generasi millennial. Baru tau ya? Hina sekali, gue
aja baru tau tadi.
Ehem, ngomong-ngomong soal generasi Y. Gue
jadi mau beropini.
Jadi gini, mahasiswa itu cenderung ngikutin apa
yang mereka dengar, bukan dari apa yang mereka liat.
Yes, mahasiswa itu bisa dikatakan sebagai salah
satu fase di mana manusia sedang berada dalam: proses pencarian
jati diri. Jadi biasanya ketika ada orang tua atau dosen (para
generasi baby boomers) yang bilang apa, mereka cenderung ngikutin
atau ngebuntutin, disuruh ngerjain PR —dikerjain, padahal belum tentu
dikumpulin, disuruh bikin skripsi —dikerjain, padahal belum tentu berguna, eh.
Sampe sebuah fase pendewasaan, baru mereka bisa
membedakan mana yang baik dan nggak, mana yang penting dan nggak.
“Beberapa orang baru sadar di kemudian hari,
apa yang mereka perjuangkan ternyata nggak penting.”
Kita ini generasi milenial, yaitu generasi yang
udah melek teknologi digital, di mana informasi bisa dengan mudah didapat lewat
internet. Ironinya di kampus, kita diajarin sama dosen yang bahkan nggak ngerti
gimana cara make email.
Dewasa ini, generasi millenial
menjadi topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat, mulai dari segi
pendidikan, teknologi maupun moral dan budaya. Tapi sebenarnya, siapakah
generasi millenials itu dan apakah masyarakat benar-benar mengerti akan sebutan
itu. Sungguh tidak, jika kita melihat ke dunia sosial media, generasi
millennials sangat mendominasi jika dibandingkan dengan generasi X. Dengan
kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi millenials belum
banyak yang sadar akan kesempatan dan peluang di depan mereka. Generasi
millennials cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial di sekitar
mereka seperti dunia politik ataupun perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan
dari generasi millenials hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan
dan hedonisme. Memiliki visi yang tidak realistis dan terlalu idealistis, yang
penting bisa gaya. Mendidik mahasiswa di
masa lalu berbeda dengan di masa sekarang. Perkembangan zaman dan teknologi
menjadi salah satu penyebabnya. Saat ini, kalangan mahasiswa merupakan generasi
millennial. Sedangkan para pendidik merupakan generasi X.
Kalau dosen zaman dulu dibilang zaman old, nah
sekarang ada istilah baru buat dosen sekarang yaitu dosen zaman now...
#DosenZamanNow
Sesuai tridharma
perguruan tinggi (PT), seorang dosen harus mampu melaksanakan pengajaran,
penelitian, pengabdian masyarakat, dan kegiatan penunjang lain. Oleh karena
itu, dosen harus memiliki kompetensi berupa serangkaian pengetahuan untuk
diajarkan, skill dan penguasaan metodologi riset dan publikasi, serta kemampuan
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang dimiliki sesuai tuntutan
dan kebutuhan masyarakat.
Kompetensi dosen diatur
dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 (UU 14/2005) tentang Guru dan Dosen, di
antaranya menyatakan bahwa dosen harus memiliki kualifikasi akademik ditandai
dengan diraihnya sertifikat pendidik, serta memenuhi syarat sesuai ketentuan
satuan pendidikan tinggi tempat penugasan. Dengan kualifikasi dan kompetensi
yang dimilikinya, dosen merupakan sosok cerdas yang sangat diandalkan mencapai
berbagai tujuan pendidikan nasional.
Profil kompetensi dosen
secara riil ditunjukkan dengan kemampuan mengajar, trampil meneliti, dan
konsisten mengabdi pada masyarakat. Selain itu, dosen harus mampu
mempublikasikan karyanya terutama dari pengajaran dan hasil penelitian. Dari
pengajaran misalnya, dosen harus menerbitkan sebuah buku teks (text book) atau
buku ajar.
Sementara
permasalahan kehidupan selalu berubah dan mengalir secara dinamis. Secara fisik
dan mental, banyak dosen yang ketinggalan jaman dan tidak adaptif dalam
dialektika perubahan kehidupan masyarakat dan dunia. Berbagai keterbatasan
kompetensi dan performa dosen tersebut membuat berbagai pihak kuatir karena
para mahasiswa sebagai peserta didik di PT saat ini adalah generasi yang lahir
dan tumbuh dalam era revolusi industri seri ke-empat.
Dalam
era teknologi seperti saat ini, berbagai perubahan dapat dirasakan mulai dari
bentuk dan pola layanan publik oleh pemerintah, proses bisnis yang dilakukan
unit usaha, pergeseran budaya dalam masyarakat, serta perubahan gaya dan
perilaku individu dalam kehidupan sosial. Semua pihak harus dapat beradaptasi
dengan mengubah cara pandang dan tindakannya, agar tak terpinggirkan dari
pusaran arus dan mutu kehidupan dunia.
Para dosen harus memiliki profil kompetensi
yang adaptif terhadap perubahan. Profil kompetensi dosen di era milenial
menunjukkan tingkat kemampuan kreatifitas dan inovasi yang tinggi dalam proses
belajar-mengajar, riset, dan aplikasi iptek bagi kepentingan masyarakat.
Profil kompetensi ditunjang penguasaan bahasa
asing sebagai bekal pergaulan internasional, serta akrab dengan teknologi
terbaru sebagai instrumen yang memudahkan transformasi pemikiran akademik
menjadi produk bermanfaat bagi semua pihak. Lebih daripada sekadar penguasaan
ilmu pengetahuan, bahasa, dan teknologi yang bersifat hard-skill.
Teruntuk anda mahasiswa zaman old, pernahkan
Anda membayangkan menemui dosen untuk bimbingan skripsi di sebuah café yang
ramai dan riuh? Tidak hanya itu, bimbingan tersebut bahkan dilakukan secara
kolektif atau berkelompok. Bukan hanya untuk satu mahasiswa saja. Karena bila
untuk satu saja, saya pun bisa memakluminya.
Kuliah Yes Organisasi Yes!!!!!!!!!!!!!
Berbeda dengan bapak dosen yang satu ini, Pak
Assyari abdullah yang dijuluki #DosenZamanNow. Pastinya semua mahasiswa jurusan
ilmu komunikasi FDK UIN SUSKA RIAU tentunya tak asing lagi mendengar nama
beliau. Assyari nama panggilan akab dosen muda satu ini dan dijuluki
#DosenZamanNow, lahir di Tanjung Alai, 10 mei 1986. Saat ini beliau tinggal di
Kota Pekanbaru, tepatnya di Jalan Katio, Komplek Katio Blok D. No 9, Marpoyan. Dimana
dulunya beliau menamatkan pendidikan di mulai dari SD di Tanjung Alai, Mts. PP.
Islamic Centre Al Hidayah Kampar sampai MA juga beliau disana. Dan setelah
tamat beliau melanjutkan S1 di UIN SUSKA RIAU, Jurusan Ilmu Komunikasi
Konsentrasi Public Relations dan tamat dengan predikat cumlaude kemudian beliau
melanjutkan S2 nya di UMJ dan juga mendapatkan predikat cumlaude. Beliau memiliki
berbagai pengalaman, dimana beliau mulai aktif berorganisasi sejak masa
perkuliahan, dan beliau juga memiliki berbagai macam prestasi dari sekolah
hingga perkuliahan. Beliau juga pernah bekerja di beberapa instansi baik swasta
maupun negeri, dan saat ini beliau menjadi dosen tetap Non PNS di UIN SUSKA
RIAU. Berbagai macam karya tulis ilmiah yang telah beliau tulis.
Saya suka sekali melihat aksi dosen yang satu
ini. Benar-benar sangat ‘merakyat’ dan membantu mahasiswanya. Sekarang memang
tidak ada lagi tempat buat dosen yang sok jual mahal, sok ingin perlakukan
berlebihan. Sekarang zaman milenial, bukan zaman penjajahan. Saya punya teman
dekat yang kuliah di fakultas ekonomi pada salah satu kampus. Ia hampir tidak
bisa melanjutkan kuliahnya gara-gara perilaku dosen pembimbingnya yang bersikap
seperti raja Arab. Sulit ditemui, dan ketika sudah bertemu, justru tidak fokus
pada bimbingan. Harus datang sampai puluhan kali. Itupun bukan ke kantornya,
tetapi ke rumahnya. Alasannya, di kantor Ia sibuk dan tak sempat memberi
bimbingan.
Padahal tidak harus seperti itu. Mahasiswa
adalah remaja yang sedang tumbuh. Mereka harus dibina dan dididik dengan benar.
Diberi contoh yang baik. Bila mereka sudah bersikap santun, sopan dan bijak
dalam berkomunikasi, dalam bersikap, itu sudah memadai. Tak perlu harus selalu
membungkuk, cium tangan dan tindakan lain yang sudah kedaluwarsa.
Salah satu mahasiswa, mengungkapkan, mata
kuliah bersama dosen muda tersebut menjadi hal yang ia nantikan. "Dosen laki-laki
muda, goodlooking,cara penyampaiannya lebih modern dan mudah dipahami.
"Selain itu, pak assyari juga ramah dan ia juga memiliki toleransi yang
unik, jika terlambat tetap mempersilakan masuk dengan catatan harus mengucapkan
janji suci agar kedepannya mahasiswa tersebut tidak terlambat lagi.
Para dosen sebagai pribadi
terpuji harus pula memiliki soft-skill dengan sikap selalu menjunjung tinggi
etika dan tanggung jawab moral untuk mewujudkan kehidupan di masa depan yang
lebih baik.