Assalamualaikum...
Ini adalah biografi tentang diri aku,ya
walaupun ga terlalu ada yang berarti bagi kalian para pembaca ,tetapi hidupku
dan segala cerita yang ada di dalamnya sangat berarti bagiku . Awalnya nulis
biografi ini karna ada tuntutan tugas dari dosen ku tercinta tapi kalo
difikir-fikir nulis biografi tentang diri sendiri dan mencoba berbagi
pengalaman itu menarik juga yah. Hehe
Anyway...
Basa basinya segitu aja kali yah,
sekarang aku coba perkenalkan diriku dulu deh . Nama ku Rahayu Suhartiningsih,
aku terlahir dari keluarga yang sederhana dan alhamdulillah sangat bahagia .
Aku punya mamah yang pasti aku sayangin banget (kalian juga begitukan?!)”.
Mamah itu orang yang sangat luar biasa ! Seperti anak-anak imut lainnya yang
pasti berkata “Aku beruntung bisa jadi anak mamahku”. Mamah ku paling demen yang namanya masak, pokoknya semua masakan nya gak adqa tandingannya, ceilah hehe. dan alhamdulillah sampe nular ke aku. aku juga doyan banget masak, insyaallah bisa jadi modal lah buat istri orang. wkwkwkw
Aku juga punya Ayah yang hebat
banget,aku mungkin ga bakalan bisa jadi anak yg baik seperti sekarang
kalo ga karna papah (geer so jadi anak baik) . Aku bersyukur dan bangga punya
orang tua seperti mereka,karna merekalah aku bisa sampai seperti sekarang ini.
Aku anak pertama dari empat bersaudara, dimana aku punya dua dik cewe dan satu
cowo.
Aku lahir di tanggal 29 september 1997 .
Aku lahir di rengat (anak rengat asli coyyy tapi blasteran jawa eheh) . Tapi
orang tuaku dua-duanya asli rengat, ya sama blasteran jawa. Aku besar
dilingkungan yang sederhana ,aku punya tetangga-tetangga yang saling perhatian
satu dengan lainnya bukan yg ga kenal satu dengan yang lainnya.
Tahun 2003, saya mulai memasuki bangku sekolah dasar.
Saat itu saya bersekolah di Madrasah, selama 6 tahun saya sekolah disana hingga
saya lulus pada tahun ajaran 2008.
Setelah itu saya melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi di SMPN 1 Rengat, selama tiga tahun saya berangkat sekolah ketempat tersebut di antar jemput sama ibu. Saat itu saya memang merasa lelah dan berat dalam mencari ilmu, namun saat itu pula saya sadar, betapa nikmatnya hidup yang diberikan Tuhan saya, yaitu Allah swt., kepada saya. Sebab saya tahu diluar sana masih banyak anak-anak yang bahkan merasakan bangku sekolah dasarpun tidak, apalagi melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi seperti saya.
Setelah itu saya melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi di SMPN 1 Rengat, selama tiga tahun saya berangkat sekolah ketempat tersebut di antar jemput sama ibu. Saat itu saya memang merasa lelah dan berat dalam mencari ilmu, namun saat itu pula saya sadar, betapa nikmatnya hidup yang diberikan Tuhan saya, yaitu Allah swt., kepada saya. Sebab saya tahu diluar sana masih banyak anak-anak yang bahkan merasakan bangku sekolah dasarpun tidak, apalagi melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi seperti saya.
I am in science...
Tahun ajaran 2012 saya lulus dari SMP tersebut dan
melanjutkan sekolah lagi di SMAN 2 Rengat. Disinilah saya mulai membangun
cita-cita, mimpi dan harapan saya kedepan.
Cita-cita berawal dari mimpi. Ketika saya duduk dibangku kelas X, saya mendapat
sebuah pertanyaan yang sebenarnya sering saya dengar dan sering pula saya
jawab, namun tak pernah memikirkannya lebih jauh lagi. Pertanyaannya sederhana,
tetapi tetap saja membuat saya berpikir 1000 kali lagi untuk menjawabnya,
pertanyaan itu adalah: cita-cita kamu mau jadi apa? …
Saya ingat, pertanyaan tadi sebenarnya sudah terlontar
sejak saya masih kanak-kanak dan saat itu pula saya sudah bisa menjawabnya.
Bedanya dengan sekarang, saya menjawab pertanyaan tersebut dengan sebuah
keyakinan atas dasar pemikiran saya sendiri.
Dulu, saya menjawabnya asal. Hari ini saya jawab ingin menjadi dokter, besok saya jawab ingin menjadi guru, esoknya lagi saya menjawab menjadi penata busana, esoknya lagi saya jawab ingin menjadi arsitektur, begitulah seterusnya.
Setelah itu, sayapun lebih berhati-hati dalam menentukan cita-cita juga mencari jati diri saya. Alhamdulillah, sayapun kini menemukannya. Saya ingin menjadi penulis novel.
Dulu, saya menjawabnya asal. Hari ini saya jawab ingin menjadi dokter, besok saya jawab ingin menjadi guru, esoknya lagi saya menjawab menjadi penata busana, esoknya lagi saya jawab ingin menjadi arsitektur, begitulah seterusnya.
Setelah itu, sayapun lebih berhati-hati dalam menentukan cita-cita juga mencari jati diri saya. Alhamdulillah, sayapun kini menemukannya. Saya ingin menjadi penulis novel.
Mengapa? Hal tersebut sebenarnya berkaitan dengan
kegemaran saya dalam membaca dan bacaan yang sangat saya minati adalah novel,
berbagai jenis novel saya akan baca, namun yang lebih saya minati adalah novel
yang bertemakan pengorbanan dan persahabatan. Bukan hanya itu. Saya juga gemar
mengkhayal, barmain dalam ‘mimpi’ dan saya pikir, dari pada saya asyik sendiri
bermain didunia fantasi, lebih baik saya berbagi keasyikkan itu dengan yang
lainnya. Yaitu melalui cerita yang kelak saya tulis dalam bentuk novel. Amin.
Jelang kenaikkan kelas, sebelumnya saya harus
menentukkan jurusan mana yang saya pilih. IPA atau IPS? Sayangnya disekolah
saya belum ada jurusan Bahasa yang benar-benar saya minati. Akhirnya dengan
keyakinan saya memilih dikelas IPA.
Awalnya saya merasa enjoy dengan jurusan ini. Setelah beberapa bulan saya jalani, ternyata…. berat. Fisika dengan sederet rumusnya, kimia dengan nama-nama anehnya, biologi dengan hafalannya. Lalu sayapun melihat garis keturunan saya. Sepertinya saya salah jurusan, itulah yang saya pikirkan saat itu. Karena ayah saya sewaktu SMA mengambil jurusan IPS, ibu saya lulusan juga IPS .
Jadi? Mengapa saya mengambil langkah nekad untuk tetap bertahan di IPA ini? Saat itu saya hanya mengikuti ‘arus’ saja. Namun saat ini saya tahu jawabannya. Itu karena jalanNya.
Awalnya saya merasa enjoy dengan jurusan ini. Setelah beberapa bulan saya jalani, ternyata…. berat. Fisika dengan sederet rumusnya, kimia dengan nama-nama anehnya, biologi dengan hafalannya. Lalu sayapun melihat garis keturunan saya. Sepertinya saya salah jurusan, itulah yang saya pikirkan saat itu. Karena ayah saya sewaktu SMA mengambil jurusan IPS, ibu saya lulusan juga IPS .
Jadi? Mengapa saya mengambil langkah nekad untuk tetap bertahan di IPA ini? Saat itu saya hanya mengikuti ‘arus’ saja. Namun saat ini saya tahu jawabannya. Itu karena jalanNya.
Pemikiran saya akan ‘salah jurusan’ langsung sirna.
Saya yakin, apabila Allah swt. telah memilihkan jalan untuk saya, maka itulah
jalan yang benar, saya juga menjadi yakin, bahwa saya bisa dijurusan IPA,
karena saya ingat sebuah petuah. “Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang
diluar kemampuan hambaNya untuk menyelesaikan cobaan tersebut.” Ya kan?! Selain
dari itu sayapun percaya pada guru-guru saya yang merekomendasikan jurusan IPA,
karena mereka menempatkan saya di IPA pastinya dengan sebuah alasan, dan
mungkin (mudah-mudahan) itu karena mereka percaya bahwa saya bisa dijurusan
ini. Amin.
Dan disekolah sayapun mengikuti beberapa
ekstrakulikuler, salah satunya KIR (Karya Ilmiah Remaja). Disini saya dilatih
untuk lebih percaya diri, lebih teliti dan pastinya lebih berani untuk
mengemukakan pendapat. Dan disini pulalah saya menemukan motto hidup saya.
“Lebih baik mendatangkan keajaiban, daripada menunggu
keajaiban datang.”
Maksudnya saya lebih suka mengejar suatu hal yang dapat mendatangkan keajaiban daripada menunggu suatu hal tersebut, karena hal itu tak akan datang dengan sendirinya apabila kita tidak berusaha untuk mendapatkannya. Dan dengan diimbangi do’a tentunya.
Maksudnya saya lebih suka mengejar suatu hal yang dapat mendatangkan keajaiban daripada menunggu suatu hal tersebut, karena hal itu tak akan datang dengan sendirinya apabila kita tidak berusaha untuk mendapatkannya. Dan dengan diimbangi do’a tentunya.
Saat saya duduk dibangku kelas XII masih dengan
jurusan IPA, yang dulunya akan menghadapi sederet peristiwa mengerikan namun
juga tak kalah penting. Yaitu; Ujian Praktik, Ujian Sekolah dan Ujian Nasional.
Saya juga sangat ingin melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah, meskipun
saya dari keluarga yang sederhana namun oangtua saya juga mendukung saya baik dari
segi moril maupun materil. Dan kegalauan pun muncul saat saya ingin memilih
jurusan di bangku perkuliahan, saya memang ingin masuk kedokteran, namun
orangtua saya tidak mengizinkan dikarenakan biaya kuliah yang sangat mahal, dan
orangtua sayapun menyarankan untuk memilih jurusan akutansi. Tapi saya tidak
mau, karna dulunya saya tidak berada dijurusan IPS. Kemudian saya mengikuti
SNMPTN dan memilih jurusan teknik lingkungan, ternyata kita boleh punya rencana
tapi Allah yang menentukan. Alhasil SNMPTN saya tidak lulus, kemudian saya coba
ikut juga PBUD, dan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, padahal juga tidak
sesuai dengan jurusan saya sewaktu SMA.Lalu apabila saya sudah lulus, saya akan
berusaha mencari pekerjaan dan membuat hidup keluarga saya mapan. Amin.
Mereka yang kusayangi..
Harapan saya tak akan terkabul tanpa restu dari
orang-orang yang saya sayangi, yang utama adalah kedua orangtua saya, lalu
saudara, guru dan sahabat-sahabat saya yang senantiasa berbagi cerita dengan
saya. Dan yang utama dari yang utama adalah Allah swt. tanpaNya aku lemah,
tanpaNya aku sesat, tanpaNya aku bukan siapa-siapa.
Terimakasih yang tak terhingga untuk Allah swt. dan kedua orangtua saya.
Terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk orang-orang yang selalu mendukung
saya. Terimakasih. Satu lagi kutipan favorite saya, datangnya dari otak jenius
Albert Einstein.“Hal indah yang dapat kita alami adalah misteri. Misteri adalah
sumber semua seni sejati dan semua ilmu pengetahuan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar